Senin, 19 Januari 2009

KA Feeder Poncol-Bojonegoro kapan dibenahi?

Oleh: Agus Hariyanto 

Mengenai biaya transportasi saya dari Semarang ke Bojonegoro, banyak teman saya kuliah yang kaget. Pasalnya, bisa-bisanya saya yang berasal dari Jawa Timur bisa pulang dengan biaya lebih murah dibanding mereka yang berasal dari Jawa Tengah. 

Muzakka misalnya, teman saya di IAIN Walisongo ini mengaku menghabiskan Rp 20.000 untuk sekali jalan ke Pati. Jumlah itu sama besarnya dengan yang dikeluarkan oleh Ami yang berasal dari Bangsri, Jepara. Lain halnya dengan Huda, dia harus merogoh kocek sebesar Rp 27.000 untuk bisa pulang ke Pekalongan. Sedangkan Jali, harus membayar RP 25.000 untuk ke Solo, sama dengan Fattah yang asli Grobogan. 

Mereka kaget, bahkan ada yang mengaku iri, ketika saya bilang hanya butuh Rp 10.000 sekali mudik ke Bojonegoro. Rp 3.000 untuk bis dan Rp7.000 untuk kereta api. Padahal, jarak Bojonegoro-Semarang relatif lebih jauh daripada daerah mereka yang notabene berada di Jawa Tengah. 

Mendengar itu semua, ada rasa senang sekaligus prihatin dalam hati. Senang, karena faktanya saya bisa pulang dengan biaya sangat murah. Prihatin karena kondisi kereta yang saya tumpangi selama ini sangat memprihatinkan bahkan membuat miris siapapun yang melihat.

Bagaimana tidak? Kondisi KA Ekonomi Feeder Poncol-Bojonegoro memang tak karuan. Pengalaman saya, setiap hari Sabtu dan Minggu kereta pasti penuh sesak. Tiap gerbong bisa terisi lebih dari 130 orang, pahadal kapasitasnya hanya 106 penumpang. Apalagi jika bertepatan dengan hari libur nasional. Dari stasiun awal, baik Bojonegoro maupun Poncol, kereta pasti sudah penuh. Tidak jarang, diantara penumpang banyak yang nekat ke atas gerbong.

Penumpang yang tak kebagian tempat duduk harus berdiri berhimpitan, berharap ada penumpang yang turun di stasiun depan. Keadaan ini bukan tanpa resiko. Selain haurs berebut ruang dengan pedagang asongan, tukang pecel dan pengamen, mereka juga harus siaga menyeimbangkan tubuh saat kereta berangkat maupun mendadak ngerem. Mereka juga dituntut waspada terhadap barang bawaan, dompet dan barang berharga lain. Sebab, pencopetan kerap terjadi. Dengan bergerombol 3-5 orang, para pencopet itu siap memepet dan memaksa dengan senjata, utamanya di pintu keluar-masuk atau sambungan gerbong. 

Kereta Freder ini juga kerap terlambat. Suatu ketika, KA yang sedianya berangkat pukul 05.30 WIB terlambat satu jam, tak jelas penyebabnya. Ketika sudah berjalan, kereta berhenti lama di beberapa stasiun. Penyebabnya adalah crash. Menunggu dan mempersilahkan kereta yang lebih mahal, semisal kereta Argo (kelas eksekutif) untuk lewat. Akibatnya, kereta telat dua jam sampai Bojonegoro.

Peristiwa serupa saya alami juga saat ke Semarang. Karena telat ke Stasiun, saya harus berdiri sampai Semarang. Ditengah perjalanan, kereta mengalami kerusakan dan butuh satu jam untuk perbaikan. Lalu, kereta berjalan dan lagi-lagi berhenti lama di beberapa stasiun. Crash. Saat adzan Magrib terdengar, biasanya kereta sudah sampai Poncol, paling tidak sudah sampai stasiun Alas Tuwa. Tapi, saat itu masih di stasiun Kradenan, Grobogan. 

Banyak penumpang yang panik, terutama yang membawa balita. Sebab, kipas angin dan lampu yang terpasang di atap tak berfungsi. Jadilah kami hanya diam menjaga diri dan bawaan di tengah udara yang panas dan kegelapan. Saat tiba di Semarang, jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Telat tiga jam.

Yang lebih miris adalah keadaan toilet. Walaupun ada lubang tempat berhajat dan kran air, disana tak pernah ada airnya. Sehingga, penumpang yang kebelet pun terpaksa membeli air mineral. Perilaku kondektur pun tak kalah memprihatinkan. Saya sering melihat penumpang yang tidak membeli karcis, lalu dengan santai menyelipkan beberapa lembar ribuan ke sakunya. Dan kondektur pun berlalu cepat. Lalu, saya berpikir. Apakah semua kereta di indonesia kedaannya begini?. Haruskah ini terjadi pada angkutan yang merakyat? Atau karena saya membayar murah?

Perlu pembenahan secepatnya.
Melihat keadaan diatas, pembenahan terhadap KA Feeder adalah mutlak dilakukan secepatnya. Karena, selain harga tiketnya terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah, kereta api juga efektif mengurangi kemacetan dan angka kematian akibat kecelakaan bermotor di jalan raya. Penggunaan kereta api secara massal bisa menghemat subsidi BBM yang begitu besar menyedot APBN. Dengan memakai kereta, kita bisa mengurangi subsidi yang dikeluarkan pemerintah terhadap BBM yang harganya semakin melangit. 

Apalagi jika dikaitkan dengan global warming yang akhir-akhir ini santer terdengar, penggunaan kereta api pastinya merupakan pilihan pintar yang perlu di dukung. Sebab, polusi yang berasal dari kendaraan bermotor bisa di minimalisir. Hal itu, Paling tidak ikut menghambat global warming. Sekarang, sudah waktunya bagi para pengelola untuk memperhatikan dan membenahi. Kereta api. Termasuk, kereta Feeder jurusan Semarang Poncol-Bojonegoro. Jika setiap hari Sabtu, Minggu, libur nasional dan hari besar keagamaan kereta dibanjiri penumpang, pengelola bisa memsiasatinya dengan menambah gerbong atau mengoperasikan kereta tambahan khusus.

Pengelola harus memperbaiki pelayanan serta mengoptimalkan kembali fasilitas dan komponen kereta api yang tak berfungsi. Seperti perbaikan terhadap kipas, penerangan dan air pada toilet. Agar penumpang senang naik kereta lagi. Perbaikan pelayanan juga perlu ditingkatkan. Misalnya dengan menempatkan penjaga pada setiap gerbong. Hal ini untuk memberikan rasa aman pada tiap penumpang, tanpa takut pada pencopet lagi. Sesekali, diperlukan juga operasi dan pemeriksaan pada pengamen yang kadang-kadang memaksa.

Terhadap para kondektur “nakal” yang suka diberi uang ribuan, pengelola harus tegas memperingatkan. Kalu perlu dicopot sekalian. Hal itu, agar praktek suap “ tahu sama tahu” bisa dihilangkan. Jiak tetap terjadi, bukankah pengelola yang rugi? Jika para pengelola segera melakukan pembenahan komponen dan pelayanan. Bukan tidak mungkin, kereta api akan menjadi alat transportasi favorit di masa mendatang. Sebab selain murah, ramah lingkungan dan anti macet, kereta juga punya pelayanan bagus.

Lalu, kapan KA Feeder Poncol-Bojonegoro yang ‘merakyat” ini akan dibenahi?.

Agus Hariyanto, Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK) IAIN Walisongo, Anggota Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IKAJATIM).

Satu-satu buat Kita dan Setan


Di daerah Semarang, ada enam orang alumni pondok Jawa Timur sedang mengadakan reuni. Reuni kali ini bertempatan di rumah Ahmad yang kebetulan kurang berhasil di dalam usaha duniannya alias masih serba kekurangan. Tapi, hal itu tak menyurutkan ahmad untuk mengajak lima temannya untuk dijamu dirumahnya.

Setelah bicara ngalor-ngidul, akhirnya saat untuk makan siang pun datang. Dan saat itu yang bisa disuguhkan oleh ahmad adalah nasi tumpeng dalam ember besar. Tanpa babibu, mereka pun langsung mengeroyoknya, persis seperti cara makan di pondok dulu. Mereka pun makan dengan lahapnya, sampai-sampai seperti tak tak dikunyah..

Di tengah-tengah mereka makan, keributan kecilpun terjadi. Kerongkongan mereka seperti terbakar. Ya, masakan Ahmad ternyata sangat super pedas. Merekapun bareng-bareng minta air. " Mad, airnya mana. Cepet, sudah kepanasan nih". Tapi, Bukan buru-buru ambil air minum, ahmad malah cengengesan. 

"Ayo Mad, mana airnya, panasnya kayak di neraka nih" ucap seorang diantaranya.

"Tenang, makin lama makin bagus" jawabnya santai

"Bagus gimana?" seru mereka bareng.

"Begini, kita itu sekarang lagi ngerjain setan"

"Ngerjain setan bagaimana, lha wong kita yang kepanasan begini?"

Masih cengengesan juga ahmad berkata" kalian tadi baca bismillah nggak?". Seperti kompak mereka menjawab" Tidak".

"Bagus itu, cocok dengan rencana awal saya, berarti misi mengerjai setan akan berhasil".

"Gimana sih, nggak bismilah kok bagus", mereka semakin bingung.

"Gini, masih ingat pelajaran dasar di pondok dulu. Jika kita makan tanpa bismillah, setan-setan akan ikut makan. Selama ini kita sering begitu kan?. Enak saja syetan mempermainkan kita, main numpang makan saja. Emangnya cari makan gampang. Jika saat ini kita kepedesan, santai aja. Semakin lama semakin bagus. Minumnya nanti saja ya"

"Lho kok gitu sih, ayo cepet man airnya"

"Ok. Saya akn ambilkan munum kebelakang. Tapi, kalau kita minum nanti baca Bismillah ya. Biar setan tetap kepedasan. Biar besok perutnya mules dan mencret. Kan syetan nggak bisa ikut minum, jika kita nanti baca Bismillah."

"Oo. Begitu"

"Ya, sekali-kali biarkan syetan beli minum sendiri. Biar tahu susahnya hidup dan cari uang.untuk makan.biar kapok" 

Dan merekapun tertawa bersama. Ha…ha… ha…

Pemenang lomba cerpen dan esai nasional purwokerto

Diunduh dari : www.stainpress.wordpress.com pada tanggal 10, Januari 2009

PENGUMUMAN PEMENANG DAN NOMINATOR LOMBA CERPEN TINGKAT PELAJAR-MAHASISWA NASIONAL BEM-SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PURWOKERTO Januari 9, 2009

Setelah dilakukan proses seleksi terhadap 434 cerpen yang masuk untuk mengikuti lomba, maka dewan juri memutuskan cerpen yang menjadi pemenang dan nominator adalah sebagai berikut.
Juara:

1.“Pulung” karya Mahwi Air Tawar dari mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
2.“Prada” karya Agus Hariyanto dari IAIN Walisongo Semarang;
3. “Ada Melati dalam al-Qur’an” karya Eko Triono dari Universitas Negeri Yogyakarta;

Keputusan Dewan Juri di atas bersifat mengikat dan tidak bisa diganggu gugat. Selanjutnya, para pemenang dan nominator akan dihubungi panitia untuk diundang dalam kegiatan Launching Buku para pemenang dan nominator dan Serah Terima Penghargaan pada tanggal : 14 Maret 2009 di STAIN Purwokerto, Jl. A. Yani No. 40 A Purwokerto. Selamat bagi para pemenang dan nominator.

Dewan Juri: Drs. Ahmadun Yosi Herfanda, Abdul Wachid B.S., S.S., M.Hum., Heru Kurniawan, S.Pd. M.A.

Info


Hari-Hari Penting di Dunia maupun di Indonesia

1 Januari : Hari Perdamaian Dunia
1 Januari : Tahun Baru
3 Januari: Hari Departemen Agama
5 Januari: Hari Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL)
5 Januari: Hari Ulang Tahun PPP
10 Januari : Hari Ulang Tahun (PDI)
15 Januari: Hari Peristiwa Laut dan Samudera
15 Januari: Hari Malari
23 Jauari : Kematian Pier bouer
25 Januari: Hari Gizi & Makanan
25 Januari : Hari Kusta Internasional
30 Januari: Kematian Gandhi
31 Januari : Hari Lahir NU

5 Februari: Hari Ulang Tahun Himpunan
Mahasiswa Islam HMI
5 Februari: Hari Peristiwa Kapal Tujuh
9 Februari: Hari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
9 Februari: Hari Kavaleri
13 Februari: Hari Persatuan Farmasi Indonesia
14 Februari: Hari Peringatan Pembela Tanah Air
14 Febuari : hari Valentin
19 Februari: Hari KOHANUDNAS dan kematian Tan malaka
22 Februari: Hari Istiqlal
28 Februari: Hari [Gizi] Nasional Indonesia

1 Maret: Hari Kehakiman Indonesia
1 Maret: Hari Peristiwa Serangan Umum di Jogyakarta
6 Maret: Hari KOSTRAD
8 Maret: Hari Wanita Internasional
10 Maret: Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)
11Maret: Hari Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR)
18 Maret: Hari Arsitektur Indonesia
23 Maret: Hari Meteorologi Sedunia
24 Maret: Hari Peringatan Bandung Lautan Api
27 Maret: Hari Women International Club
30 Maret: Hari Film Indonesia

1 April: Hari Bank Dunia
6 April: Hari Nelayan Indonesia
7 April: Hari Kesehatan Internasional
9 April: Hari Penerbangan Nasional
15 April: Hari Zeni
16April: Hari (Komando Pasukan Khusus) KOPASUS
18 April: Hari Peringatan Konferensi Asia Afrika
19 April: Hari Pertahanan Sipil (HANSIP)
21 April: Hari Kartini
24 April: Hari Angkutan Nasional
24 April: Hari Solidaritas Asia-Afrika
27 April: Hari Permasyarakatan Indonesia

1 Mei: Hari Peringatan Pembebasan Irian Barat
1 Mei: Hari Buruh Sedunia
2 Mei: Hari Pendidikan Nasional
3 Mei: Hari Henry Dunant
5 Mei: Hari Lembaga Sosial Desa (LSD)
11 Mei: Hari POM Tentara Nasional Indonesia
16. Hari Utang Se-Dunia
19 Mei: Hari Korps Cacat Indonesia
20 Mei: Hari Kebangkitan Nasional
21 Mei: Hari Buku Nasional

1 Juni: Hari Lahir Pancasila
1 Juni: Hari Anak-anak Sedunia
3 Juni: Hari Pasar Modal Indonesia
5 Juni: Hari Lingkungan Hidup Sedunia
6 Juni : Kelahiran Soekarno
17 Juni: Hari Dermaga
22 Juni: Hari Ulang Tahun Kota Jakarta
24 Juni: Hari Bidan Indonesia
26 Juni: Hari anti Narkoba Internasional
29 Juni: Hari Keluarga Berencana Nasional

1 Juli: Hari Bhayangkara
1 Juli: Hari Anak-anak Indonesia
5 Juli: Hari Bank Indonesia
9 Juli: Hari Satelit Palapa
12 Juli: Hari Koperasi
14 Juli: Hari Revolusi Perancis
22 Juli: Hari Kejaksaan dan hari tanpa TV ( HTT)
23 Juli: Hari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Dan Hari Anak Nasional
29 Juli: Hari Bhakti TNI Angkatan Udara

5 Agustus: Hari Dharma Wanita Indonesia
6 Agustus: Hari Peringatan Bom Hiroshima - Nagasaki
8 Agustus: Hari Ulang Tahun ASEAN
10 Agustus: Hari Veteran Nasional
12 agustus; Hari Remaja Sedunia
13 Agustus: Hari Peringatan Pangkalan Brandan Lautan Api
14 Agustus: Hari Pramuka
17 Agustus: Hari Proklamasi Republik Indonesia
18 Agustus: Hari UUD 1945 Republik Indonesia
19 Agustus: Hari Departemen Luar Negeri Indonesia
21 Agustus: Hari Maritim Nasional
24 Agustus: Hari Televisi Republik Indonesia TVRI

1 September : Hari Polisi Wanita (POLWAN)
3 September : Hari Palang Merah Indonesia (PMI)
8 September: : Hari Aksara
8 September: : Hari Pamong Praja
9 September: : Hari Ulang Tahun Partai Demokrat
9 September: : Hari Olahraga Nasional
11 September: Hari Tragedi 11 September
11 September: Hari Radio Republik Indonesia (RRI)
17 September : Hari Dibentuknya perhimpunan PMI
17 September: Hari Perhubungan Nasional
24 September: Hari Tani
27 September: Hari Pos Telekomunikasi Telegraf (PTT)
28 September: Hari Kereta Api
29 September: Hari Sarjana Indonesia
30 September: Hari Peringatan Pemberontakan G30S/ Partai Komunis Indonesia (PKI)

1 Oktober: Hari Kesaktian Pancasila
5 Oktober: Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI)
9 Oktober: Hari Surat Menyurat Internasional
14 Oktober: Hari Pangan Sedunia
15 Oktober: Hari Hak Asasi Binatang
16 Oktober: Hari Parlemen Indonesia
20 Oktober: Hari Ulang Tahun Golongan Karya
24 Oktober: Hari Dokter Indonesia
24 Oktober: Hari PBB
27 Oktober: Hari Penerbangan Nasional
27 Oktober: Hari Listrik Nasional
28 Oktober: Hari Sumpah Pemuda
30 Oktober: Hari Keuangan

3 November: Hari Kerohanian
10 November: Hari Pahlawan
12 November: Hari Kesehatan Nasional
14 November: hari brigade mobil
17 November: Hari Suez
18 November : Harlah Muhammadiyah
21 ; hari pohon
22 November: Hari Perhubungan Darat
25 november : hari guru
25 November : Hari Anti Kekerasan Terhadap perempuan.

1 Desember: Hari AIDS Sedunia
1 Desember: Hari Artileri
2 Desember: Hari Penghapusan Perbudakan
3 Desember : Hari Penyandang Cacat
5 Desember : Hari Sukarelawan
6 Desember : Hari Anti Toleransi Terhadap kekerasan
perempuan
6 Desember : Harlah ICMI
8 Desember: Hari lahir Munir, Pejuang HAM
9 Desember: Hari Armada dan Anti Korupsi
10 Desember: Hari Hak Asasi Manusia (HAM)
12 Desember: Hari Transmigrasi dan lahirnya Prof Dr.Yusry
15 Desember: Hari Infanteri, Kelahiran KH.Sahal mahfud
19 Desember: Hari Trikora
22 Desember: Hari Ibu
22 Desember: Hari Sosial
22 Desember: Hari Korps Wanita Angkatan Darat

Minggu, 18 Januari 2009

RUU PORNOGRAFI UNTUK INDONESIA?

Oleh: Agus Hariyanto

Akhir-akhir ini, wacana mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Pornografi seakan mendapatkan tempat tersendiri bagi khalayak Indonesia. Semua orang membicarakannya, mulai dari elit politisi, pejabat tinggi Negara sampai para tukang becak di pinggir jalan. Media massa, baik cetak maupun elektronik pun tak mau ketinggalan, bahkan sering menjadikannya sebagai headline berita. 

Kabar terakhir yang beredar di media pada kamis, 30 oktober 2008. ruu yang selama ini selalu memancing perdebatan ini, sudah disahkan menjadi undang-undang. Dan sebelum disahkan, terjadi insiden walk out dari kelompok PDI-P dan PDS. Dan terlepas dari sudah disahkan atau belumnyaa, ruu yang satu ini memang menggelitik dan penuh tanda Tanya. Ada apa di balik ini semua?

Sebenarnya, RUU Pornografi tak banyak berbeda dengan rancangan undang-undang yang lain, sama-sama ada yang setuju dan ada yang menolaknya. Hanya saja, RUU Pornografi lebih banyak mendatangkan kontroversi. Penolaknnya hampir terjadi di semua lini masyarakat dari berbagai kasta dan daerah di Indonesia. 

Banyak hal yang membuat RUU ini dipertanyakan, ditentang bahkan dikecam. Mulai dari alasan pengekangan terhadap hak berkreasi dan berkesenian, melanggar hak asasi manusia, sampai kekhawatiran akan dilarangnya adat-istiadat dan kebudayaan yang selama ini sudah menjadi kebiasaan. Cara berpakaian orang Papua misalnya.

Penolakan berbagai kalangan dengan mengusung alasan-alasan yang –diantaranya- disebutkan diatas ada benarnya juga. Tapi, menurut saya, yang lebih banyak membuat orang takut dengan pengesahaan ruu ini adalah kekhawatiran mereka akan Islam. Lalu, apa hubungan Islam dengan RUU pornografi?

Islam dan RUU Pornografi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduannya memiliki hubungan yang sangat erat, tidak bisa dipisahkan. Mengapa, Karena kalau kita mau jujur, selama ini yang ngotot ingin meng-golkan dan gigih memperjuangkannya hanyalah orang-orang dari kelompok islam, bukan orang-orang dari agama lainnya. 

Sehingga, RUU ini terkesan hanya untuk orang Islam dan merupakan upaya melanggengkan hegemoni Islam yang mayoritas di negeri ini terhadap kelompok lain yang minoritas. Pada akhirnya, Anggapan inilah yang sebenarnya membuat kalangan selain Islam banyak yang buru-buru menolaknya, bukan yang lain.

Mereka mungkin menyangka RUU ini hanyalah bagian dari isu penerapan syariat Islam di Indonesia. Banyangan mereka, syariat islam adalah pengekangan tehadap kreasi, cadar, hukum cambuk, pengekangan dan larangan-larangan lain, seperti yang biasa kita lihat di pemerintahn Negara-negara islam semisal Arab Saudi, Iran, Afganistan dan lain-lain.

Islam dan RUU sebagai jualan politik

Bila kita mau meneliti lebih jauh, Ruu Pornogrfi hanya dijadikan jualan politik, tak lebih. Bagaimana tidak?. Selama ini, yang ngotot meminta RUU pornografi di sahkan hanyalah para Politisi Islam, yang mengajak orang-orang Islam untuk mendukung mereka.

Jika RUU ini tidak dijadikan tunggangan, mengapa orang-orang selain Islam tidak mendukungnya?. Ini kan suatu yang rancu, undang-undang yang akan diterapkan dan dilaksanakan oleh dan kepada seluruh elemen dari masyarakat Indonesia malah tidak disetujui oleh banyak kalangan. Lalu, untuk siapa sebenarnya undang-undamg ini dibuat.

Jika didalam ruu pornografi ini diatur masalah etika dan kesusilaan, yang didalamnya memuat tata cara berpakaian, tentang aurat, tentang prostitusi tentang perkosaan, perlindungan anak dan lain-lain, apakah itu hanya problem umat Islam saja, sehingga yang berhak dan berkepentingan memperjuangkannya hanya mereka yang mengaku politisi Islam. 

Dengan kata lain, ada sesuatu yang tidak beres dengn hal ini. Dan menurut saya, ketidak beresan itu adalah akibat dari besarnya campur tangan dan keinginan para politisi- yang mengaku dari islam-tersebut untuk memasukkan hal-hal dari ajaran Islam kedalam RUU tersebut, sehingga nantinya mereka bisa mendapatkan banyak kebanggaan, krena telah berhasil memasukkan ajaran islam kedalam undang-undang yang disahkan. Semua itu adalah agar mereka mendapatkan simpati, terutama dari masyarakat Islam awam yang mudah di provokasi. Agar karier politiknya langgeng.

Yang harus bertanggung jawab adalah mereka yang dengan sengaja menyeret isu-isu ataupun ajaran islam kedalam ranah politik itu. Sebab itu semua banyak merugikan orang Islam. Juga akan semakin menambah gerah orang-orang yang bukan merupakan bagian dari Islam.

RUU Pornografi baru untuk Indonesia
Jika masalah kesusilaan, termasuk masalah berpakaian dan prostitusi itu merupakan masalah bersama sebagai bangsa Indonesia, dan semua elemen bangsa menghenaki terbentuknya undang-undang itu, bukan hanya untuk dipolitisasi dan dihegemoni oleh beberapa gelintir politisi yang mendaku Islam, maka yang harus segera dilakukan adalah megadakan kesepakatan ulang rancangan unang-undang pornografi baru yang disepakati oleh semua elemen bangsa.

Juga, segera dibersihkan, yaitu tentang kaitan antara Islam, penerapan syariat dan RUU Pornografi. Agar, RUU Pornografi tak hanya merupakan isu yang di manfaatkan dan dipolitisasi untuk dijadian barang jualan dari para politisi –yang mendakwa mewakili golongan- Islam saja.

Penulis adalah mahasiswa ushuluddin IAIN Walisongo.

Refleksi Hampa Revolusi

Oleh: Agus Hariyanto

Refleksi dan doa merupakan dua hal yang paling sering diidentikkan dengan momen akhir tahun, selain liburan dan kembang api. Bagi kebanyakan orang, termasuk kita barangkali, pergantian tahun akan terasa kurang lengkap jika melewatkan keduanya.

Dengan melakukan refleksi, kita diajak untuk mengevaluasi diri, mengkalkulasi seberapa jauh keberhasilan yang kita raih selama kurun setahun. Tak lupa pula mengoreksi seberapa banyak kesalahan-kesalahan yang kita perbuat sehingga kesuksesan kita tertunda. Hasilnya bisa kita jadikan sebagai pengalaman dan tolok ukur dalam pengambilan keputusan pada tahun mendatang.

Sedangkan doa adalah acuan harapan yang memberikan spirit tersendiri bagi pelantunnya. Doa pada pergantian tahun biasanya berisi harapan untuk meraih apa yang dicita-citakan pada tahun depan. 

Merutinkan dua hal tersebut memang suatu yang baik dan wajar. Menjadi tidak baik apabila keduanya dilakukan hanya sebatas rutinitas tahunan, apalagi jika hanya mengikuti trend dan kebiasaan. 

Banyak dari kita yang melakukan refleksi, tapi jarang yang mencoba belajar dari hasil refleksi tersebut. Kita hanya merefleksi tanpa mengambil hikmah ataupun sesuatu yang bisa membawa perubahan kepada diri dan perbuatan kita di tahun mendatang.

Doa juga demikian halnya. Kita semua selalu mengucapkannya pada pergantian tahun, tapi tak banyak yang memahami apa sebetulnya esensi doa. Tanpa kita sadari, seringkali doa yang kita ucap tahun ini tak berbeda jauh bahkan sama dengan apa yang kita ucapkan tahun lalu dan sebelumnya. 

Mario teguh melalui Golden Waysnya pernah mengatakan bahwa kita sering melakukan doa tahunan, tapi kita tidak serius dalam berdoa. Karena kebanyakan dari kita hanya berdoa tanpa sedikitpun berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkannya. Kita 

Akhirnya refleksi dan doa hanya menjadi sekedar pemanis. Tak lebih dari ritual tahunan yang hampa revolusi. Miskin perubahan pada diri kita sendiri.

Agar refleksi dan doa kita tidak sekedar menjadi ritual tahunan, kita harus selalu berusaha mewujudkannya. Jangan hanya bisa menjadi seorang yang hanya bisa berefleksi dan berdoa tanpa memberi imbas perubahan dalam kehidupan kita di tahun depan. Akhirnya, mari kita berdoa dan berusaha dengan hal yang paling mungkin kita lakukan saat ini, walaupun cuma hal kecil.

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang. Aktif di LPM IDEA fakultas Ushuluddin dan Republik Tinta Community (Replika.Com)

Pilih Korporat atau Rakyat


Oleh: Agus Hariyanto

Dunia perminyakan di Indonesia sama rumitnya dengan mistik, penuh misteri. Mengadapi harga minyak mentah dunia yang terus merosot, bukan segera menurunkan harga minyak secara signifikan, pemerintah malah berniat mencabut subsidi premium. Ada apa sebenarnya?
Selama ini kebijakan pemerintah terhadap harga minyak sepertinya tidak banyak berpihak kepada rakyat. Disaat harga minyak meroket, tanpa banyak pertimbangan pemerintah dengan gesitnya menaikkan harga sekaligus memangkas subsidi, bahkan sampai berulangkali. Akibatnya, rakyat miskin semakin menderita.
Sebaliknya, saat harga turun seperti saat ini, pemerintah terkesan lamban dan banyak berpikir. Sudah ada penurunan harga, tapi terlalu kecil dan tidak banyak berimbas pada perekonomian rakyat yang terlanjur terpuruk. Penurunan harga premium Rp 500 per 1 Desember disusul Rp.500 per 15 Desember kemarin lebih terkesan sebagai basa-basi pemerintah saja dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Faktanya, di tengah masyarakat tidak ada harga yang turun mengikuti turunnya premium tersebut. Pemerintah seharusnya bisa menekan harga yang lebih besar lagi. Bukankah biaya produksinya lebih kecil dari harga jualnya.
Kini, rakyat yang sudah menderita itu juga harus menghadapi kenyataan pahit. Premium tidak akan disubsidi lagi. Mencermati semua ini, saya teringat dengan berita lama yang menyebutkan pemerintah telah memberikan izin kepada beberapa korporasi asing untuk mendirikan ribuan SPBU di seluruh Indonesia. Diantara korporasi tersebut ada Chevron dan Exxon Mobil yang merupakan penguasa hulu tambang minyak di Indonesia. Kini, beberapa SPBU nya sudah banyak beroperasi di Jakarta.
Kedua, saya juga teringat akan iklan Chevron dan Exxon Mobil yang akhir-akhir ini rajin muncul di Media. Masalahnya, mengapa mereka baru beriklan sekarang, berbarengan dengan isu pecabutan subsidi dari pemerintah? Mungkinkah hal ini terkait dengan ambisi mereka untuk juga menguasai sektor hilir minyak Indonesia.
Keganjilan-keganjilan diatas memang belum terbukti secara akurat, tapi bukankah hal ini ada kemungkinan untuk benar? Logikanya, jika pemerintah tetap memberikan subsidi yang besar terhadap minyak Indonesia, berarti selisih harga dengan produk mereka juga akan jauh dan kesempatan terjualnya produk mereka juga tipis. Dengan kata lain pembeli akan tetap setia dengan produk dalam negeri..
Tapi, jika pemerintah tidak lagi memberikan subsidi ataupun hanya memberikan subsidi kecil seperti saat ini, kesempatan mereka mengausai sektor hilir minyak akan nyata. Di tambah dengan pelayanan professional dan mutu yang lebih, saya kira paling tidak produk mereka akan banyak terbeli.
Dan jika hal ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin sektor perdagangan hilir minyak di Indonesia akan mereka kuasai, sebagaimana keberhasilan mereka menguasai sektor hulunya. Jika itu terjadi, maka produk kita akan tersaingi dan terdesak. Pendapatan Indonesia dari perdagangan hilir migas akan berkurang. Kita akan sulit mengendalikan harga pasar, karena kita bergantung pada kebijakan korporasi yang artinya, kedaulatan perminyakan kira terancam.
Yang paling penting, hal ini tentunya menyalahi konstitusi kita yang salah satunya mengamanatkan Negara untuk menguasai segala sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk migas.
Oleh karena itu, pemerintah seharusnya tetap memberikan subsidi kepada rakyatnya. Pemerintah juga perlu mengkaji ulang nominal penurunan yang terlalu kecil itu, mengingat harga minyak dunia yang sudah turun drastis. Agar perekonomian masyarakat bisa kembali bergeliat.
Akhirnya, keputusan di tangan pemerintah juga. Jika pemerintah tidak menurunkan harga minyak dan memberikan subsidi secara signifikan, maka kita pantas bertanya, apakah pemerintah lebih mementingkan para korporat atau rakyat.