Minggu, 18 Januari 2009

Refleksi Hampa Revolusi

Oleh: Agus Hariyanto

Refleksi dan doa merupakan dua hal yang paling sering diidentikkan dengan momen akhir tahun, selain liburan dan kembang api. Bagi kebanyakan orang, termasuk kita barangkali, pergantian tahun akan terasa kurang lengkap jika melewatkan keduanya.

Dengan melakukan refleksi, kita diajak untuk mengevaluasi diri, mengkalkulasi seberapa jauh keberhasilan yang kita raih selama kurun setahun. Tak lupa pula mengoreksi seberapa banyak kesalahan-kesalahan yang kita perbuat sehingga kesuksesan kita tertunda. Hasilnya bisa kita jadikan sebagai pengalaman dan tolok ukur dalam pengambilan keputusan pada tahun mendatang.

Sedangkan doa adalah acuan harapan yang memberikan spirit tersendiri bagi pelantunnya. Doa pada pergantian tahun biasanya berisi harapan untuk meraih apa yang dicita-citakan pada tahun depan. 

Merutinkan dua hal tersebut memang suatu yang baik dan wajar. Menjadi tidak baik apabila keduanya dilakukan hanya sebatas rutinitas tahunan, apalagi jika hanya mengikuti trend dan kebiasaan. 

Banyak dari kita yang melakukan refleksi, tapi jarang yang mencoba belajar dari hasil refleksi tersebut. Kita hanya merefleksi tanpa mengambil hikmah ataupun sesuatu yang bisa membawa perubahan kepada diri dan perbuatan kita di tahun mendatang.

Doa juga demikian halnya. Kita semua selalu mengucapkannya pada pergantian tahun, tapi tak banyak yang memahami apa sebetulnya esensi doa. Tanpa kita sadari, seringkali doa yang kita ucap tahun ini tak berbeda jauh bahkan sama dengan apa yang kita ucapkan tahun lalu dan sebelumnya. 

Mario teguh melalui Golden Waysnya pernah mengatakan bahwa kita sering melakukan doa tahunan, tapi kita tidak serius dalam berdoa. Karena kebanyakan dari kita hanya berdoa tanpa sedikitpun berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkannya. Kita 

Akhirnya refleksi dan doa hanya menjadi sekedar pemanis. Tak lebih dari ritual tahunan yang hampa revolusi. Miskin perubahan pada diri kita sendiri.

Agar refleksi dan doa kita tidak sekedar menjadi ritual tahunan, kita harus selalu berusaha mewujudkannya. Jangan hanya bisa menjadi seorang yang hanya bisa berefleksi dan berdoa tanpa memberi imbas perubahan dalam kehidupan kita di tahun depan. Akhirnya, mari kita berdoa dan berusaha dengan hal yang paling mungkin kita lakukan saat ini, walaupun cuma hal kecil.

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang. Aktif di LPM IDEA fakultas Ushuluddin dan Republik Tinta Community (Replika.Com)

Tidak ada komentar: