Minggu, 26 April 2009


Jejak kedigdayaan Maritim Nusantara.

Judul : Penjelajah Bahari; Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika
Penulis : Robert Dick-Read
Penerbit : Penerbit Mizan, Bandung
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal : 378 halaman
Peresensi : Agus Hariyanto *

Ceng Ho dan Colombus adalah dua pelaut ulung yang tersohor di penjuru dunia. Mereka terkenal sebagai figur tangguh yang berani menantang ganasnya samudra dengan perahu sejarahnya. Tapi tahukah anda, ternyata kepiawaian mereka jauh ketinggalan dari pelaut Nusantara. Mungkin anda tidak percaya begitu saja. Tapi, demi membuktikan kebenaran itulah Robert dick-read, peneliti asal Inggris bersusah payah menyusun buku ini. 

Dengan berdasar pada sumber sejarah yang berlimpah, Dick bercerita tentang pelaut-pelaut nusantara yang sudah menjejakkan kaki di Afrika sejak abad ke-5 M. Jauh sebelum bangsa Eropa mengenal Afrika dan jauh sebelum bangsa Arab berlayar ke Zanzibar. Ceng Ho apalagi, pelaut China yang pernah mengadakan muhibah ke Semarang pada abad ke-14 M ini jelas ketinggalan dari moyang kita.

Yang menarik, penelitian Dick-read tentang pelaut nusantara ini seperti kebetulan. Awalnya, ia datang ke mozambik pada 1957 untuk meneliti masa lalu Afrika. Disana. untuk pertama kalinya mendengar bagaimana masyarakat Madagaskar fasih berbicara dengan bahasa Austronesia laiknya pemukim di wilayah pasifik. Ia juga tertarik dengan perompak Madagaskar yang menggunakan Kano (perahu yang mempunyai penyeimbang di kanan-kiri) yang mirip perahu khas Asia timur. Ketertarikannya memuncak setelah ia banyak menghadiri seminar tentang masa lalu Afrika, yang menyiratkan adanya banyak hubungan antara Nusantara dan sejarah Afrika. 

Dalam penelusurannya, Dick-read menemukan bukti-bukti mutakhir bahwa pelaut Nusantara telah menaklukkan samudra hindia dan berlayar sampai Afrika Sebelum bangsa Eropa, Arab, dan Cina memulai penjelajahan bahari mereka. 

Diantara bukti tersebut adalah banyaknya kesamaan alat-alat musik, teknologi perahu, bahan makanan, budaya dan bahasa bangsa Zanj (ras Afro-Indonesia) dengan yang ada di Nusantara. Di sana, ditemukan sebuah alat musik sejenis Xilophon atau yang kita kenal sebagai Gambang dan beberapa jenis alat musik dari bambu yang merupakan alat musik khas Nusantara. Ada juga kesamaan pada seni pahat patung milik suku Ife, Nigeria dengan patung dan relief perahu yang ada di Borobudur. 

Beberapa tanaman khas Indonesia yang juga tak luput di hijrahkan ke sana, semisal pisang raja, ubi jalar, keladi dan jagung. Menurut penelitian George Murdock, profesor berkebangsaan Amerika pada 1959, tanaman-tanaman itu dibawa orang-orang Indonesia saat melakukan perjalan ke Madagaskar (h.237).

Bukan itu saja, di dalam buku ini anda akan menemukan berbagai hipotesa mengejutkan mengenai kehebatan pelaut Nusantara. Diantaranya, rentang antara abad ke-5 dan ke-7 M, kapal-kapal Nusantara banyak mendominasi pelayaran dagang di Asia. Pada waktu itu perdagangan bangsa Cina banyak bergantung pada jasa para pelaut Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa perkapalan Cina ternyata banyak mengadopsi teknologi dari Indonesia. Bahkan kapal Jung yang banyak dipakai orang Cina ternyata dipelajari dari pelaut Nusantara.

Di afrika juga ada masyarakat yang disebut Zanj yang mendominasi pantai timur Afrika hampir sepanjang millennium pertama masehi. Lalu siapakah Zanj, yang namanya merupakan asal dari nama bangsa Azania, Zanzibar dan Tanzania? Tak banyak diketahui. Tapi ada petunjuk yang mengarahkan kesamaan Zanj Afrika dengan Zanaj atau Zabag di Sumatera.

Dalam hal ini, Dick mengajukan dugaan kuat keterikatan Zanj, Swarnadwipa dan Sumatera. Swarnadwipa yang berarti Pulau emas merupakan nama lain Sumatera. Hal ini dapat dilihat dalam legenda Hindhu Nusantara. Dick menduga, banyaknya emas di Sumatera ini dibawa oleh Zanj dan pelaut nusantara dari Zimbabwe, Afrika. Karena, Dick juga menemukan bukti yang menyatakan tambang-tambang emas di Zimbabwe mulanya dirintis oleh pelaut Nusantara yang datang ke sana. Sebagian tak kembali dan membentuk ras Afro-Indonesia. Mungkin ras inilah yang disebut Zanj (halaman 113). 

Terlepas dari percaya atau tidak, nyatanya penulis telah menjabarkan banyak bukti yang menceritakan kehebatan pelaut Nusantara. Hal ini tentu menjadi kebangaan tersendiri bagi kita sebagai keturunannya.

Tapi, jangan berhenti sampai kebanggaan itu saja. Kita juga harus malu dan berbenah diri jika faktanya dunia kemaritiman kita saat ini jauh dari kehebatan mereka. Yang kita lihat sekarang, ikan kita banyak dicuri, banyak penyelundupan melalui laut, sedang armada dan peralatan kelautan kita tidak mencukupi untuk menjaga keamanan. Yang terparah, kredibilitas bangsa pun ikut kalah, ini bisa kita cermati dari kasus ambalat dan ekstradisi Indonesia-Singapura yang merugikan kita. 

Akhirnya, Adalah tugas kita semua sebagai bangsa untuk kembali menegakkan kejayaan kemaritiman yang pernah diraih oleh para moyang kita. Agar kita bisa berdaulat di lautan sendiri.

PRADA*

Cerpen oleh: Agus Hariyanto
foto: http://diradja.files.wordpress.com

Sejuta lembar kisah hidupmu memang telah kau bacakan kepadaku. Tapi, entah mengapa aku masih belum rela untuk mengakui ataupun sekedar mempercayai bahwa kau bukan manusia. Karena, kau adalah Prada yang terlalu baik kepadaku.

***

Masjid Ampel, Surabaya, 2004.

"Aku bukanlah jenis manusia sepertimu, bukan jin, iblis bukan pula setan. Aku ini sebangsa peri yang terbuat dari mutiara putih" Akumu saat pertama kali berkenalan di masjid Ampel, Surabaya. Saat itu aku masih belajar di Lembaga Pengajaran bahasa Arab (LPBA) Masjid Sunan Ampel, sedangkan kau seorang peziarah. 

"Aku diutus ke dunia ini hanya untuk mencari tiga hal penting. Teman, guru dan jodoh. Itulah tugasku di dunia fana yang gelap, penuh kemunafikan ini. Setelah tiga hal itu aku dapatkan, aku baru diijinkan kembali ke alamku. Alam yang dipenuhi kedamaian dan kearifan," Tambah lelaki muda tampan yang kira-kira baru menginjak usia yang ke dua puluh tujuh tahunnya itu. 

Memangnya aku ini kelihatan seperti anak yang baru dilahirkan kemarin sore? Sampai berani-beraninya kau mendaku sebagai seorang peri di hadapanku. Umpatku dalam hati. Aku ini waras, masih bisa membedakan mana yang disebut manusia, mana yang bukan. Sebagaimana aku masih bisa membedakan rambut hitam legammu dan putihnya kulitmu. Huh!

"Aku ini satu-satunya keturunan Ratu Emas, penguasa tertinggi singgasana laut selatan," Ujarmu.

"Apa kau bilang? Keturunan Ratu Emas? Siapa lagi dia? Apakah dia sama denganmu, semacam peri. Lalu, kau menyebutnya sebagai penguasa laut selatan, apakah aku tidak salah dengar? Aku bukanlah anak idiot yang bisa kau permainkan seenak perutmu! Setahuku, seperti yang jamak diketahui oleh masyarakat jawa, penguasa laut selatan adalah Nyi Roro Kidul? Tiada yang lain!

"Kau memang benar, di laut selatan itu ada penguasa yang bernama Nyi Roro Kidul. Tapi dia hanyalah penguasa kecil, tak lebih. Kekuasaannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebesaran kekuataan ibuku, Ratu Emas. Yang harus pertama kau ketahui, di Laut selatan itu ada tujuh lapisan. Roro Kidul hanya berkuasa di laut permukaan saja, antara lapisan pertama sampai lapisan ketiga. Lapisan keempat sampai lapisan terdalam yang mempunyai kekuatan dahsyat dan penuh misteri, dikuasai oleh ibuku, Ratu Emas."

Sama sekali imanku tak goyah oleh cerita najismu. Dan kau pun bercerita tentang perputaran kehidupan di alammu yang penuh oleh makhluk bukan manusia dan jin sepertimu. Disana juga ada lingkungan kehidupan yang tak jauh beda dengan dunia kita. Bedanya, disana kehidupannya tenang, damai, rakyatnya patuh pada penguasa, dan penguasanya sayang pada rakyatnya.

Kau, Prada. Kau mengatakan bahwa disana semua beragama layaknya manusia. Dan agama yang dianut sekarang sama dengan yang dianut kebanyakan orang jawa, Menyembah Allah. Dulu, ibumu dan rakyatnya beragama Hindu-Budha, tapi setelah Risalah Nabi Muhammad sampai, apalagi Nabi sendiri -yang katamu dulu sempat datang ke sana-, maka sekarang semuanya beriman kepadanya. 

"Apa benar Nabi pernah ke Sana?"

"Ya. kata Ibuku, Muhammad pernah ke sana. Bukankah Muhammad itu Pemimpin bagi semua kaum, termasuk juga kaum ibuku?. Saat itu Muhammad selain menjadi nabi yang Jismiyy juga menjadi nabi yang Ruhaniyy. Jadi, jangan pernah kau bayangkan Nabi datang ke sana dengan badan wadaknya"

"Jika kau benar keturunan peri, mengapa aku sekarang bisa berhadap-hadapanan dan bertutur denganmu. Sedangkan aku, tak sedikitpun mempunyai ilmu kebatinan, spiritual ataupun ilmu-ilmu hitam perdukunan yang bisa kugunakan untuk menerawang makhluk selain manusia. Kau mau me…" 

"Aku memang peri, tapi aku lahir dari rahim seorang manusia. Yang harus selalu kau ingat adalah aku peri yang berwadah tubuh manusia. Kau bisa menganggapku manusia setengah peri. Itulah takdirku."

"Jika kau terus membodohiku dengan gurauan fiksi hasil imaji kosongmu itu, aku akan pergi menjauh!" Aku merasa telah dikerjainya.

"Sumpah kawan. Aku sekarang tidak sedang ingin berbohong. Aku bisa menjelaskan semuanya. Aku lahir dari rahim perempuan Bali yang hidup di lingkungan yang taat menjalankan ajaran Hindu di Bali. Bapakku seorang Madura Islam yang bekerja di Bali. Mereka berdua lalu bertemu dan menikah. Mulai saat itulah ibuku dikucilkan oleh keluarganya. Sebab, ia telah beralih ke agama lain, agama bapakku. 

Tak ada yang mau berbicara pada ibuku, karena ia tidak lagi memegang teguh ajaran yang sudah dianut keluarga dan moyangnya turun-temurun itu. Sampai pada suatu malam, ibuku mimpi didatangi oleh perempuan cantik yang mengaku sebagai Ratu Emas laut selatan. Ia menitipkan ruh anaknya ke rahim ibuku. Agar ruh itu bisa hidup di dunia melaksanakan tugasnya. Sebab tanpa Wadag manusia, ruh itu tak mungkin bisa hidup di dunia. Dan ruh itu adalah aku."

"Ternyata kau lebih picik dari yang kuduga. Kau juga tak segan-segan memasukkan ibu-bapakmu untuk melengkapi cerita busukmu itu. Memangnya kau pikir aku akan percaya. Heh!" Sergahku.

"Terserah, tapi semua itu orangtuaku sendiri juga yang menceritakannya padaku. Awalnya aku lebih tidak percaya darimu, tapi sejak aku beranjak dewasa, secara perlahan namun pasti, keraguanku itu sirna dengan bantuan ibuku, Ratu Emas yang tak henti meyakinkan melalui mimpi, alam ruh. Ia juga berhasil meyakinkanku untuk secepatnya melaksanakan tugas di dunia ini. Agar aku lekas kembali, menggantikannya sebagai penguasa laut selatan."

"Kau…."

Lalu, kau Prada. Kau menceritakan kepadaku segala hal-ihwalmu mulai dari kau kecil, menjadi laki-laki kecil sampai menjadi laki-laki dewasa saat ini. Kau dulu yang sangat nakal dan lincah disaat kecil, tumbuh kuat dengan otot berurat seiring usiamu yang kian bertambah. Kau, kemudian dikursuskan di sekolah penari Bali yang membuatmu punya banyak uang. 

Kau juga mengaku menjadi penari yang paling gesit dan lincah di sekolah tari itu. Hingga kau, menjadi salah satu orang Bali beruntung yang berduit, karena kau terpilih menjadi salah satu anggota dari sekelompok Penari Bali yang kerap manggung di luar negeri. Mulai yang paling sering; Jepang, Korea, Rusia dan daratan Eropa.

Hingga akhirnya, kau bercerita tentang Istrimu yang berkewarganegaraan Jepang. Istri?

"Ke Jepang aku paling sering. Suatu saat aku ketemu perempuan Jepang yang sangat rupawan bagai rembulan. Aku menikahinya. Disana aku tinggal kurang lebih dua tahun. Aku juga sudah punya satu anak. Tapi semua itu sudah berlalu," Katamu.

"Mengapa Prada? Kenapa kau begitusaja meninggalkannya?" Serbuku.

"Karena aku sadar dan selalu disadarkan oleh ibuku, Ratu Emas, bahwa tujuanku dikirim ke dunia bukan untuk Perempuan Jepang itu saja."

"Bukankah dengan menikahinya, kau juga berarti telah melaksanakan satu tugas? Katanya kau ditugasi mencari Jodoh? Heh."

"Aku dulu memang mencintainya, hidup bahagia dengannya, punya anak dengannya dan sempat yakin bahwa perempuan Jepang itu adalah Jodohku. Tapi, aku ternyata salah orang, dia bukan jodoh sejatiku. "

"Lalu?..."

"Lalu. Aku memberitahu kedaanku yang sebenarnya, bahwa aku adalah seorang peri, bukan manusia biasa. Walaupun dia sempat menganggapku gila, toh dia bisa mengerti. Mulai saat itu, sepertinya aku ingin lari saja ke alamku. Aku sudah muak dengan kehidupan dunia yang penuh dengan amarah, khianat dan dusta. Aku ingin kembali ke alamku tapi tertolak. Tugasku belum selesai."

"Lalu?"

"Aku harus mencari teman, guru dan jodoh secepat mungkin. Itulah jalan satu-satunya menuju ketentraman"

"Lalu?..."

****
Lirboyo, Kediri, 2006. 

"Hai Irwan, kita bertemu kembali," Satu tahun lebih tak bertemu, tiba-tiba kau menyapa dari belakang. Kau sungguh mengagetkanku. Sekarang, saat aku magang mengajar di Lirboyo ini dan kau malah mengaku nyantri di sini. Kau, Prada Mengapa kau ada Disini? Dimana saja kau selama ini.

"Jodohku ada disini," Jawabmu renyah..

"Siapa? dimana dia sekarang? Cantikkah dia?." 

"Ia tidak cantik?"

"Terserahlah, tapi kau yakin itu jodoh yang kau cari?"

"Kali ini aku yakin tidak akan meleset untuk yang ketiga kalinya".

"Ketiga kalinya? Siapa namanya?" Tanyaku lagi.

"Rozi, lengkapnya Fakhrur Rozi, ia Santri sini juga"

"Haaa..., kamu…"

"Ssst, aku bukan homo."

Lalu, kau Prada. Kau menceritakan asal mulamu bahwa sebelum kau dikirimkan ke dunia, di bawah laut sana, kau adalah perempuan cantik, bukan laki-laki. Namamu saja Prada Ayuning Jagat yang artinya Mahkluk yang paling cantik sedunia. Kau bercerita; suatu kali pernah melihat jasadmu yang terbujur rapi di dalam balutan sutera indah di sebuah kamar di Kerajaanmu. Cantik sekali katamu. 

Kau prada, kau juga mengaku sebenarnya Ratu Emas sudah berumur Ribuan tahun. Sudah saatnya dia diganti, dan kau adalah pewaris tunggalnya. Untuk itu kau harus dicoba di dunia dan harus bisa melewatinya.
Kemudian kau berkisah mengapa orangtuamu dulu di Bali menyekolahkanmu di sekolah penari, karena kau sebenarnya adalah perempuan. Kau ruh perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki.

Lalu, kau prada. Kau bercerita tentang Rofiq, Laki-laki yang kau kejar-kejar di Surabaya yang kau kira jodoh sejatimu. Dia semakin kau kejar, semakin jauh pula jaraknya. Rofiq yang katamu tak tak terlalu tampan itu ternyata bukan pula jodoh sejatimu yang kau cari laiknya perempuan Jepang itu. Begitu akhirnya. Kini, siap lagi itu Rozi?.

"Ia kutemui pertama kali di masjid ampel sepertimu. Sedang berziarah. Ia santri sini yang taat beragama, baik, tak suka nyeleneh dan suka menjaga perasaan orang lain. Dia sangat perasa, termasuk kepadaku. Dia sangat mengerti keadaanku. Memang, tak mudah menyakinkan Rozi. Sampai sekarang, aku juga belum yakin ia percaya sepenuhnya kepadaku. Tapi aku yakin dialah jodohku suatu masa nanti."

"Yakinkah kau?..."

"Yakin, walaupun dia semakin sulit ku temui sejak saat itu"

"Kenapa kau Yakin?.."

"Karena aku peri. Aku bisa melihat kelebatan simpati di matanya walaupun sedikit" 

"mungkin itu hanya luapan keprihatinan, karena kau suka bercerita konyol kepadanya?..."

"Segurat Simpati yang kulihat di matanya cukup mengobati dukaku. Aku tidak perduli, apakah simpatinya itu adalah wujud keprihatinan atau apa."

"Kau benar mau memperistrinya?

"Ya, tentu"

"Jika dia ingin beristri selain kamu….?"

"Sedikitpun aku tidak akan cemburu. Bahkan aku akan membantu mencari dan membiayai pernikahannya, karena dia adalah Jodohku dimasa yang akan datang, bukan saat ini. Sekarang apa yang membuat dia bahagia, itu juga yang membahagiakanku"

"Itu maumu?"

Jika kisahmu benar Prada. Kau mengingatkanku kepada keterangan sebuah Tafsir yang pernah kubaca. Bahwa Allah telah menciptakan seribu macam makhluk. Apakah kau termasuk didalamnya? Apa kelak kau Wildan-wildan, pelayan surga yang sering diceritakan? Sebangsa Bidadari? Atau…

Tapi, Prada. Aku masih belum percaya jika kau bukan manusia. Karena kau adalah Prada yang terlalu baik kepadaku. Yang ternyata kucintai…

*di ilhami dari pengakuan Prada yang sekarang entah dimana. Terima kasih untuk Mas Kerwanto yang selalu siap bercerita, menemani dinginnya malam. Cerpen ini keluar sebagai Juara II Lomba Cipta Cerpen Mahasiswa Tingkat Nasional di STAIN Purwoketo, pada Januari 2008.