Minggu, 26 Juli 2009

Rahasia Kaya ala Syekh Puji


Akhir-akhir ini nama Syekh Puji begitu familiar di telinga kita. Saudagar asal Bedono Kabupaten Semarang ini terus menjadi sorotan media lantaran nekat menikahi Lutfiana Ulfa, anak perempuan yang berusia 12 tahun. Hal ini juga yang membuat Bos PT Sinar Lendoh Terang (Silenter) ini pada 14 juli kemarin kembali meringkuk di Mapolwiltabes Semarang untuk kali kedua.

Kelakuan Syekh yang sensasional ini tak urung meminta perhatian banyak kalangan. Mulai dari Ulama’, LSM, politisi, artis, Komisi Perlindungan anak (KPA), pendidik, mahasiswa, sampai ibu rumah tangga seperti tak mau absen membicarakannya. Banyak diantara mereka yang mengaku geram melihat tingkah Syekh. Di banyak kesempatan, mereka berlomba untuk ‘mengutuknya’.

Tapi entah mengapa, kegeraman itu sama sekali tak terlihat di wajah audience seminar yang diadakan HMI Korkom Walisongo pada 25 Juni 2009 lalu itu. Mereka, yang kebanyakan adalah Mahasiswa IAIN Walisongo terlihat antusias menyimak ‘ceramah’ kewirausahaan yang diwejangkan miliarder ini. Dalam seminar bertajuk “Membangun Bangsa dengan Kemandirian Ekonomi” ini terungkap bagaimana perjalanan Syekh Puji mulai dari nol hingga menjadi kaya seperti saat ini.

Syekh mengatakan bahwa prosesnya menuju kaya bukan main-main. Ia mulai berwirausaha saat lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dulu. Karena bercita-cita ‘kaya’ ia tak mau menjadi guru –terbukti sampai sekarang banyak guru tidak sejahtera. Ia malah memilih hijrah ke Jakarta menjadi tukang cuci bus kota pada malam hari, siangnya menjadi sales dan malam menjual gorengan. Itu yang dilakukannya selama beberapa tahun.

Selain bekerja keras, ia juga terus belajar. Ia mengaku banyak terinsiprasi dari buku Intisari yang memuat sejarahnya Jepang menjadi negara industri, sejarah Honda, Sony dan lain-lain. Syekh juga banyak membaca buku-buku tentang manajemen, pemasaran dan wirausaha. Tak salah, jika dua almari besar di rumahnya kini penuh dengah buku.
Ia juga rajin mengikuti seminar dan pelatihan kewirausahaan yang kemudian dipraktekkan, termasuk men-convert ilmu strategi perang dari Beny Moerdani. “Saya belajar stretegi dari Pak Beny Moerdani. Hasilnya, sudah 6-7 tahun ini saya nggak ikut pegang usaha, tapi semua jalan dengan baik,” ujarnya serius.

Menurutnya, untuk menjadi sukses orang itu pertama harus punya cita-cita kaya, lalu menjadikannya sebagai motivasi untuk bekerja keras. Dicontohkan, saat pergi ke Jakarta dulu dia punya cita-cita tidak akan pulang ke Semarang kecuali punya uang satu koper dan pulang naik Garuda. Dengan ikhtiar keras, cita-citanya kabul juga. Lalu ia memulai usahanya, mendirikan pabrik di Semarang. Tapi bukan manusia namanya kalau tidak pernah jatuh. Tahun 1991 usahanya bangkrut. Modal 450 juta yang didapatnya susah payah dari Jakarta ludes. Tapi ia tak menyerah, ia kembali merintis usaha, kali ini kerajinan kuningan dan kaligrafi. Hasilnya sukses yang ia dapatkan. Ia mengatakan “Kegagalan adalah awal kesuksesan, jadi jangan menyerah”.

Terakhir, Syekh Puji juga memberikan memberikan Tiga kunci suksesnya yang ia dapat dari perenungannya saat berada 18 hari di Amerika, yaitu; Pertama, ketajaman melihat peluang. Kedua, berani mengambil resiko. Dan Ketiga motivasi dan ambisi untuk terus berkembang. Untuk menjadi kaya ketiga kunci tersebut harus diperhatikan, “Jangan lupa doa dan shodaqoh,” ujarnya sambil berkelakar.

(Agus Hariyanto)

Tidak ada komentar: